kursus bahasa inggris cepat
Garansi Uang Kembali 100%

Karena pacaran diajarkan......

Apa yang ada dalam pikiran kamu ketika membaca judul ini? Hmm.. mungkin ada yang memahami: “bahwa pacaran memang diajarkan, sehingga ya wajar banyak yang pacaran.” Sebagian yang lain berpikir, “Ooh.. pacaran itu diajarkan, jadi boleh-boleh saja melakukannya.” Selain itu ada lagi nggak? Opsi lainnya ini kayaknya nih: “karena pacaran diajarkan, maka memang itulah realitanya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, nggak perlu merasa khawatir dipermasalahkan. Toh, udah biasa dong ya.” BTW, kamu pilih jawaban yang mana dari ketiga pilihan tadi? Atau mungkin kamu punya jawaban sendiri ya. Baiklah. Kita langsung saja geber membahas masalah ini.




Pacaran sehat, tetap maksiat
Ada anak sekolah yang ketika ditanya kenapa pacaran, jawabannya: “kami kan pacarannya sehat”. Weleh-weleh… udah bisa berdalil rupanya teman kita ini. Sehat menurut siapa? Lagian standar sehat dan nggak sehatnya apa sih? Kok kayaknya gampang banget mengklaim bahwa yang dilakukannya adalah pacaran sehat?
Mungkin, yang dimaksud pacaran sehat menurut para remaja yang mengklaimnya adalah: tanpa seks. Okelah, seks bebas atau berzina memang berbahaya dan dosa. Itu nggak sehat menurut syariat. Tapi, apa ada jaminan kalo orang yang pacarannya nggak sampe ngeseks bisa terus bertahan? Nggak juga kok. Sebab, kalo dilakukan PNDK alias Penelusuran Nafsu Dan Kekuatan, banyak remaja yang nggak tahan menahan nafsu. Justru karena nafsu makin kuat kalo udah ada kesempatan. Betul? Jadinya, yang tadinya “baik-baik” pun, berubah jadi “biadab” dan berperilaku bak hewan. Dasar bajigur! Naudzubillah min dzalik.
Maklum, soal nafsu dan kekuatan emang bisa mengalahkan akal sehat dan juga keimanan. Sebab, ketika keimanan yang cuma nyangkut di KTP itu, setan pun getol bergerilya dan menaburkan jerat-jerat dan mengobarkan hawa nafsu kepada mereka yang imannya kendor. Kalo udah gitu, setan tinggal jejingkrakan sambil diriingi irama kesesatan karena udah berhasil menjerumuskan manusia ke jurang nista karena akal sehat dan imannya terkubur hawa nafsu.
Benar adanya firman Allah Swt. (yang artinya): “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan-nya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmuNya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS al-Jaatsiyah [45]: 23)
Dalam ayat yang lain, Allah Swt. menegaskan bahayanya zina. Seperti dalam firmanNya (yang artinya): “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS al-Israa [17]: 32)
Bukti lain bahwa pacaran ini bisa menjerumuskan pelakunya kepada kemaksiatan yang lebih jauh lagi, yakni berzina, bisa dilihat dari maraknya pemberitaan di media massa. Banyak remaja putri yang dihamili pacarnya. Ada sih cowoknya yang kemudian menikahinya tapi nggak sedikit yang kabur sambil menghilangkan jejak. Bahkan pernah ada juga yang kirim SMS ke redaksi gaulislam untuk curhat soal itu dimana dirinya menurut pengakuannya via SMS udah nggak perawan lagi. Itu terjadi gara-gara pacaran yang memang akan berujung jadi kebablasan itu. Duh, pokoknya kasihan deh. Jadi, jangan coba-coba pacaran ya. Nggak sehat dan emang melanggar syariat.
Nikmat sesaat, sengsara selamanya
Rugi! Ya, rugi banget dan rugi berat kalo kita cuma ngejar kenikmatan sesaat tapi sengsara selamanya. Mereka yang terkategori gawat darurat dalam urusan parahnya mengendalikan hawa nafsu sering berbuat nekat. Hubungan seks yang cuma legal dilakukan sepasang suami-istri ternyata mereka berani melakukannya juga dengan pacarnya. Waduh, ini kan sangat berbahaya. Kalo nafsu udah di ubun-ubun, mereka suka lupa dengan norma apalagi dosa.
Ah, ini namanya nafsu kenceng, keimanan blong. Ya, susah ngeremnya. Duh, kondisi ini terasa kian berat bagi kita. Sebab, setiap tarikan napas kita sudah bercampur debu kemaksiatan. Mau nonton televisi, tayangan yang banyak muncul justru yang “gersang” alias “seger” merangsang. Mau baca tabloid, majalah, koran, juga kita rasanya pengen muntah karena disuguhi menu yang “itu-itu” aja. Utamanya di tabloid dan majalah “esek-esek”. Nyaris nggak ada pilihan bagi kita. Menurut Walter Lippman, bisa diistilahkan sebagai “pictures in our head”. Sebab, semua gambaran informasi itu ada di manapun dan diberikan dengan penguatan pesan seolah-olah itu benar dan harus diikuti. Informasi itu terbentuk di kepala setiap orang karena disampaikan secara gencar dan rutin di  berbagai media massa. Gawat! Jadi, karena semuanya begitu, maka jangan salahkan pem­baca dan pemirsa 100 persen, bila kemudian mereka berperilaku bejat. Para pengelola acara televisi, radio, internet dan pengelola bisnis majalah, koran, dan juga tabloid kudu bertanggung jawab juga (eh, negara juga dong).
Oke deh, hati-hati dengan pacaran ini. Lebih enak dan benar emang menikah. Kenapa? Karena dalam ikatan pernikahan yang sah kamu boleh sesukanya bermesraan dengan pasanganmu tanpa kudu merasa risih. Asmara yang mekar juga sudah jelas sasarannya. Rindunya bukanlah rindu yang terlarang. Bahkan cintanya adalah cinta yang suci-bersih dan tentunya semua yang dilakukan, asal sesuai dengan tuntunan syariat, so pasti halal. Ya, halal. Jadi, kalo pacaran adalah nikmat yang membawa mudharat, sementara menikah adalah nikmat dan sesuai syariat. Pilih mana? Orang cerdas pilih taat syariat. Betul?
Mungkin di antara kamu ada yang komentar: “Lha, kita masih remaja, kan belum dibolehkan nikah?” Gini aja, jadikan info ini sebagai bekal pemahaman, dan sekarang fokus belajar dan raih cita-citamu. Setuju? Akuur…!


Mau Cari Jodoh...??

Comments
0 Comments

Comments :

0 komentar to “Karena pacaran diajarkan......”

Komentar Anda Sangat Berarti Bagi Saya

Berkomentarlah dengan bijak yang sesuai dengan pembahasan di atas....